KABAR BIREUEN– Sekretaris Dinas Sosial Aceh Devi Riansyah, A.KS., M.Si bersama sejumlah staf, ditemani Kadinsos Bireuen, Drs Murdani mengunjungi lokasi pengungsi Rohingya di komplek Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bireuen, Rabu (12/12/2018) siang.
Kunjungan tersebut untuk melihat langsung kondisi terkini 79 pengungsi Rohingya yang sudah 8 bulan lebih ditampung di komplek SKB Bireuen sejak terdampar 2 April 2018 lalu.
Sekdinsos Aceh, Devi Riansyah kepada wartawan menyebutkan, terkait kelanjutan penanganan para pengungsi Rohingya tersebut, selama ini Kabupaten Bireuen sudah menanganinya secara kemanusian.
“Jadi, penanganan lanjutan, kita sudah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, dengan Kementerian Sosial, Kemenkumham, serta Kemenlu. Namun sampai saat ini belum ada titik terang bagaimana penanganan lanjutan para pengungsi tersebut,” sebutnya.
Dijelaskannya, imigran Rohingya tersebut merupakan pengungsi antar negara, sehingga tidak boleh dibiarkan seperti ini, harus mengambil upaya hukum, tidak hanya upaya kemanusian semata.
“Jadi bagaiman nasib mereka, apakah boleh seterusnyaa di Aceh?. Kami terus melakukan koordinasi, karena tidak mungkin selamanya di Bireuen, ini bukan tempatnya, harus ditangani oleh Kemenkumham melalui Imigrasi,” katanya.
Dia mengharapkan, masalah pengungsi Rohingya itu harus ditangani secara serius oleh Pemerintah Indonesia, tidak boleh dibiarkan terus seperti ini, tidak boleh hanya dipandang masalah kemanusian, tapi masalah hukum juga harus diperhatikan. Sehingga mereka jelas status negaranya, keseriusan Pemerintah Pusat sangat diharapkan.
Dia berharap, persoalan pengungsi Rohingya tersebut harus dipikirkan bersama, Pemerinrah Pusat sejauh ini dinilai belum serius. Pemerintah Aceh tidak ada kewajiban menangani mereka seumur hidup.
“Tidak ada dana untuk menanggung makan minum mereka,namun selama ini apa yng dilakukan semuanya tuntutan kemanusia, apakah mereka tetap di sini atau ada kebijakan lain dari Pemerintah Bireuen. Upaya-upaya persuasif dengan pemerintah pusat terus kita lakukan, untuk mencari jalan keluar, sampai upaya berhasil. Karena Pemerintah Aceh tidak ada dana untuk mengurus pengungsi internasional,” ungkapnya.
Terkait rencana pemindahan pengungsi ke Langsa sesuai dengan rapat koordinasi sebelumnya, Devi justru menyebutkan, di Langsa ada lokasi khusus, tapi bukan untuk Rohingya, namun untuk penyandang masalah sosial. Seharusnya mereka ditempatkan di rumah Ditensi Imigrasi, bukan di kabupaten atau Kota Langsa.
Saat ini pengungsi Rohingya, khususnya pria terpaksa tidur di pelataran parkir komplek SKB Bireuen. Karena sejak beberapa bulan lalu, lokasi tersebut sudah digunakan sebagai Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Bireuen. (Ihkwati)