KABAR BIREUEN-Pembukaan acara Kemah Muhammadiyah ke- 4 se Aceh dilaksanakan Jumat sore (17/5/2019) sekira pukul 17.00 WIB dipusatkan SDIT Muhammadiyah Bireuen,

Ketua Panitia, Rizki Dasilva dalam sambutannya menyebutkan, kemah kali ini benar- benar kemah.

“Kita tidur di kemah, berteman sama nyamuk. Suasananya kita buat menyenangkan,” sebutnya.

Dikatakannya, perkiraan peserta 300 orang dari bebagai wilayah di Aceh.

“Kami panitia akan bekerja maksimal. Dengan memberikan pelayanan yang baik. Kita semua membawa semangat yang besar. Kegiatan kita full di sini. Jadi mohon kepada peserta yang punya keinginan untuk tidur untuk disimpan dulu,” jelasnya.

Selanjutnya sambutan disampaikan Nurdin Abdurahman, yang menyebutkan, kegiatan ini diperkenalkan tahun 2016 oleh ketua PWM Aceh.  Pertama di cabang Muhammadiyah Aceh Tengah tahun 2016.

Kedua di cabang Muhammadiyah Aceh Selatan tahun 2017 dan Ketiga cabang Muhammadiyah Langsa.

Sementara itu, Ir. Alibaysah. MSi mengungkapkan bahwa Muhammadiyah harus dapat bersinergi dengan baik.

Selanjutnya, Dr. Aslamnur. M. A selaku pimpinan wilayah Muhammadiyah Aceh menuturkan, bahwa pimpinan wilayah memilih Bireuen karena di kabupaten ini kita banyak belajar dari pimpinan Muhammadiyah yang ada di sini.

“Ini adalah wilayah pemekaran pada tahun 1999. Dan berbagai kegiatan Muhammadiyah terus berkembang. Dari sini kita belajar bagaimana cara menghidupkan kembali Muhammadiyah,” katanya.

Muhammadiyah adalah satu-satunya organisasi yang mampu mengurus dirinya sendri. Dan punya peran besar dalam menyatukan bangsa.

“Kemah Ramadhan ini adalah kekuatan dari warga Muhammadiyah sendiri.
Jangan lupa juga untuk membeli oleh oleh. Sebelum kembali ke daerah asal peserta,” ujarnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. H. Agus Taufiqurrahman, M. Kes. SP.S turut memberikan kata sambutan.

Muhammadiyah,katanya,  yang lahir sebelum bangsa ini merdeka. Sudah berkomitmen nya membawa islam yang rahmatan lil’alamin.

“Kenapa namanya muhammadiyah, karena ingin berislam seperti yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Belajarlah ikhlas dari pohon kelapa. Metiknya harus keras. Dikumpulkan pakai kaki. Ngupasnya pakai pisau. Sudah dibuka. Masih diparut. Sudah diparut masih diperas. Namanya tidak pernah disebut.
Namun ia tetap berbuah lebat,” pungkasnya.(REL)