KABAR BIREUEN – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Aceh bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan Bireuen mengelar forum dialog Penguatan Demokrasi Indonesia di Daerah, di Ruang Rapat Kampus Ampon Chiek Peusangan Umuslim, Selasa (22/11/2022).
Kepala Bidang Politik Dalam Negeri Badan Kesbangpol Provinsi Aceh, Drs. Arsyi, M.Si, menjelaskan, kegiatan tersebut mengusung tema “Penguatan Indek Demokrasi Indonesia Provinsi Aceh Sebagai Salah Satu Langkah Mencegah Intoleransi”.
Menurut Arsyi, tujuan forum dialog ini untuk menyampaikan potret pengukuran Indek Demokrasi Indonesia (IDI) baru, serta mensosialisasikan capaian IDI Provinsi Aceh tahun 2021. Hal tersebut, agar dapat dipahami masyarakat lingkungan kampus pada khususnya, dalam upaya mempertahankan capaian IDI tersebut di tahun mendatang.
“Alhamdulillah capaian Indek Demokrasi Indonesia Provinsi Aceh tahun 2021, berada pada ketegori tinggi 80.09 atau urutan 6 secara nasional atau urutan 1 untuk Sumatera,” ungkap Arsyi.
Karena itu, dia mengajak sivitas akademika Umuslim untuk berdiskusi tentang bagaimana menjaga capaian ini dan penguatan capaian Indek Demokrasi Indonesia di Aceh serta langkah langkah sosialisasi kepada masyarakat dan juga stakeholder.
“Selain itu, dalam rangka menyambut pemilu 2024, saya juga mengajak peserta FGD, untuk memperkuat prinsip toleransi. Boleh beda pilihan, tapi Bhinneka Tunggal Ika harus kita rawat,” pinta Arsyi.
Dekan FISIP Umuslim, Rahmad, S.Sos., M.AP, mengucapkan terima kasih kepada Badan Kesbangpol Aceh yang telah memilih FISIP Umuslim sebagai mitra dalam FGD) ini.
“Semoga kemitraan ini bisa terus berlanjut dalam program lain di masa yang akan datang,” harap Rahmad.
Selain Arsyi, pemateri pada FGD tersebut juga disampaikan oleh Dosen FISIP Umuslim, Fauzi, S.IP., MA. Dia menyampaikan materi dengan judul “Pemilu Serentak Damai: Mengawal Bhinneka Mencegah Intoleransi”.
“Saya mengharapkan agar kita selalu meningkatkan semangat toleransi. Tidak terlalu cepat percaya berita hoax dan viral. Kedepankan penguatan pemahaman literasi, saring informasi, infiltrasi media dan jangan mudah terprovokasi,” demikian disampaikan Fauzi. (Rel)