KABAR BIREUEN – Baitul Mal Aceh (BMA) dan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh akan saling berkolaborasi dalam pengelolaan wakaf di Aceh. Saat ini BI juga telah menginisiasi lahirnya “Gerakan Berwakaf” dan beberapa daerah di Indonesia. Gerakan itu sudah berjalan dengan baik.
Hal itu tersebut terungkap dalam pertemuan khusus antara BMA dengan BI di kantor BI Perwakilan Aceh, Jalan Cut Meutia No.15, Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Rabu (4/8/2021).
Dari BMA dihadiri Tenaga Profesional, Shafwan Bendadeh dan Murdani. Sedangkan BI diwakili oleh Asisten Manajer, Raksaka Ardy Damara.
“Saat ini BI sedang menggalakkan masyarakat untuk berwakaf. Kemudian menginisiasi lahirnya “Gerakan Berwakaf”. Walaupun inisiasinya belum lama, akan tetapi beberapa daerah sudah mulai melaksanakannya, seperti ‘Riau Berwakaf’,” kata Raksaka.
Menurut Raksaka, pada dasarnya untuk kegiatan pemberdayaan ekonomi BI pasti akan mendukungnya. Jadi diperlukan teknis pelaksanaannya dan BI bisa mengisi yang menjadi bagiannya.
Selain itu, juga adanya road map yang jelas dan sistemnya lebih tertata, sehingga tujuan akhirnya dapat tercapai dan hal ini bisa dilakukan secara bersama-sama antara BMA dan BI.
“Berbicara tentang pilot project dan pemanfaan tanah wakaf, semua itu bisa kita kolaborasikan. Misalkan, ada lahan yang tidak dipakai tetapi ada potensi yang ingin diberdayakan maka dari sisi pelatihan teknis, BI siap untuk membantu. Selain itu jika ada kebutuhan untuk pengolahan, BI juga bisa menyiapkan ahlinya,” jelas Raksaka.
Sementara itu, Shafwan Bendadeh menjelaskan BMA pada prinsipnya tidak hanya mengelola wakaf saja, akan tetapi juga mengelola zakat, infak, harta agama lainya dan menjadi wali pengawas. Pun demikian, selama ini yang lebih dominan dilakukan adalah pengelolaan zakat.
“Berbicara masalah pelaksanaan wakaf, ini merupakan ide yang bagus jika BI sudah menginisiasi lahirnya “Gerakan Berwakaf”. Dan BMA pun siap menyukseskannya,” ujar Shafwan.
Shafwan menambahkan dalam kaitannya dengan wakaf BMA juga sudah mempersiapkan beberapa rencana aksi. Yang pertama adalah BMA mempunyai lahan wakaf yang berjumlah sekitar 7 persil. Tanah wakaf tersebut tahun depan akan diurus segala administrasinya termasuk Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan sertifikatnya serta akan ditunjuk nazirnya.
“Kita juga sudah melakukan peninjauan ke lapangan untuk melihat tanah wakaf tersebut, termasuk tanah BMA yang di Ladong, Krueng Raya. Rencananya akan kerja sama dengan pihak ketiga untuk diberdayakan,” jelasnya.
Yang kedua, program tahun depan adalah memberikan stimulus dalam bentuk dana hibah yang bersumber dari infak kepada nazir wakaf yang tidak mempunyai cukup modal untuk pemberdayaan wakaf.
Contohnya ada masjid yang mempunyai tanah wakaf dan letaknya pun di tempat strategis, maka BMA akan memberikan dana agar tanah wakaf tersebut dapat diproduktifkan dan diberdayakan. Sehingga, hasilnya dapat digunakan untuk biaya operasional masjid, sebutnya.
“Ada satu lagi tugas BMA tetapi belum terlaksana adalah menfasilitasi sertifikasi tanah wakaf se Aceh. Hari ini BWI dan Kemenag sangat minim pendanaannya. Semoga kedepan BMA bisa hadir untuk itu,” tuturnya.
Shafwan juga menyampaikan, BMA baru saja melakukan pelatihan nazir secara online yang diikuti oleh nazir dan calon nazir. Dengan pemateri dari BMA, luar daerah dan luar negeri.
“Selain itu direncanakan pada tahun 2022 BMA juga akan melaksanakan bimbingan teknis yaitu pelatihan nazir untuk imum gampong yang notabenenya merupakan Ketua Baitul Mal Gampong (BMG),” pungkas Shafwan.
Di akhir pertemuan, BMA dan BI bersepakat ke depannya jika ada kegiatan-kegiatan, maka bisa saling bersinergi dan berkolaborasi, sehingga gemanya pun akan lebih kuat lagi.
“Ada hal-hal yang berkaitan dengan pemanfaatan ekonomi produktif, sosialisasi ke masyarakat terkait pemanfaatannya dan digitalisasi maka BI siap menfasilitasi. Dengan digitalisasi akan memudahkan orang untuk berifak, berzakat dan berwakaf. Semoga kolaborasi dan sinergi program ini dapat terwujud untuk kemaslahatan masyarakat,” papar Raksaka. (Red)