Sumber foto: istockphoto.com

Oleh: Muhamad Ikhwan A. A

Manajer Program Al Wasath Institute

DALAM proses pendidikan, nilai yang dibawanya adalah menciptakan generasi muda yang cakap, baik kompetensi dan watak disiplinnya. Selain demi mewujudkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, instansi pendidikan menjadi muara yang melahirkan gelombang sumber daya manusia ideal, guna mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan seakan menjadi pintu yang menghantarkan generasi penerus bangsa dan negara, dalam melanjutkan implementasi cita-cita didirikannya negara Indonesia dengan segudang kesiapannya.

Di era yang semakin modern, pergeseran gaya dan pola hidup menjadi hal yang tak bisa terhindari. Berbagai kemudahan yang disuguhkan oleh media informasi dan teknologi, menjadikan interaksi sosial jamak berpindah dari kehidupan fisik ke kehidupan maya. Bahkan, karena tingginya tingkat konsumsi masyarakat atas media teknologi tanpa diimbangi oleh kesiapan matang, tak jarang justru banyak memunculkan dampak negatif dan dinamika sosial baru.

Selain keuntungan, teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan dampak negatif bagi setiap penggunanya. Salah satunya adalah karena perilaku tidak bertanggung jawab dan cenderung abai atas dampak penggunaannya yang berlebihan. Misalnya saja, fenomena masyarakat kita lebih nyaman melakukan interaksi di dunia maya dibandingkan dengan kontak fisik. Pola aktivitas semacam kegiatan organisasi rill yang dapat meningkatkan kualitas pertemanan yang lebih konkret dan intens, mulai ditinggalkan. (I Gede Ratnaya: 2011).

Derasnya kemajuan teknologi juga berdampak pada sektor pendidikan. Adaptasi media teknologi pendidikan, selain jadi langkah efektif, juga menyajikan persoalan perubahan kualitas sumber daya bangsa karena ketergantungan teknologi. Lunturnya daya pikir kritis, merosotnya semangat juang dalam belajar, minimnya kecakapan sosial, kesenjangan akses, sampai tingkat konsentrasi yang menurun akibat konsumsi teknologi secara berlebihan tanpa diimbangi dengan bijak pemanfaatannya, menjadi tantangan serius penyelenggaraan pendidikan.

Menjawab Tantangan Pendidikan

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat. Program ini menginisiasi upaya menciptakan ekosistem tumbuh kembang generasi penerus bangsa yang jauh lebih baik. Seperti pada umumnya, bahwa dalam pendidikan, tak hanya pada usaha pemahaman ilmu pengetahuan yang mumpuni, proses pendidikan juga perlu menunjang pola pembentukan karakter bagi generasi bangsa. Hal ini selain agar pendidikan mampu menjawab kebutuhan kecakapan kompetensi, watak dan karakter yang kuat juga menjadi modal sosial generasi muda kita dalam menyongsong Indonesia menjadi negara modern yang berbudi luhur.

Bangun pagi, beribadah, olahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, menjadi ramu disiplin yang digaungkan Kemendikdasmen. Harapannya, dengan melatih dan membiasakan tujuh aktifitas ini, penguatan kehidupan positif bagi generasi muda bangsa, menjadi hal yang terus berlangsung. Bisa dikatakan, bagi generasi muda bangsa, peluncuran program tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat ini adalah upaya pelembagaan perluasan dampak pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang seringkali terkonsentrasi pada ruang-ruang kelas, yang lekat terbatas pada orientasi “instansi” kini coba didesain agar lebih relevan pada kehidupan sehari-hari.

Dengan internalisasi tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, perilaku hidup disiplin generasi muda juga mampu terus dipacu sebagai gelombang penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas. Disiplin yang merupakan pengendalian dan pengarahan segala perasaan dan tindakan dalam lembaga pendidikan guna menciptakan dan memelihara suasana berkerja efektif. Melalui disiplin, nantinya seseorang akan memiliki kecakapan cara belajar yang baik, yang juga mengarah pada proses pembentukan karakter yang baik, yang nantinya menciptakan pribadi yang luhur. (Ahmad Mansur: 2019).

Upaya Afirmasi Positif

Lebih lanjut, melalui pendidikan, disiplin akan mendukung seluruh warga lembaga pendidikan menjalankan tugasnya dengan tepat dan teratur. Dari sini, karena sudah terbiasa dengan kehidupan disiplin, pola hidup yang teratur menjadi lanskap setiap aktivitas generasi muda dalam mengisi kehidupan. Selaras penuh harap, kerja sama semua pihak dalam mendukung ekosistem positif ini adalah langkah yang perlu diseriusi. Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tak boleh hanya menjadi wacana minim implementasinya, lingkup paling sederhana seperti keluarga perlu menjadi teladan bagaimana membiasakan hidup dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.

Dengan demikian, tak hanya menelurkan lulusan akademik, ruang pendidikan juga menjadi laboratorium bagi sumber daya generasi muda yang siap bersaing di era global. Kebutuhan atas pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan nilai agama dan budaya bangsa luhur menuju kesejahteraan kehidupan masyarakat, sekaligus pemenuhan kebutuhan sumber daya profesional yang kompleks, mengharuskan pendidikan menemui jalan alternatif yang memadukan relevansi keduanya. Tak bisa dihindari, di masa yang akan datang, perkembangan tuntutan dunia kerja selalu membutuhkan progresifitas pengembangan sumber daya manusia. (Anas: 2022).

Melengkapi spirit yang ada, sebagai bagian daripada generasi penerus bangsa, kita tentu perlu terus menggelorakan dan membiasakan diri pada berbagai kebiasaan baik dan berbagi energi dalam implementasi penyelenggaraan pendidikan dan perwujudan pencerdasan kehidupan bangsa agar terus berjalan menggapai tujuannya. Semoga segala tantangan dan akar persoalan sosial mampu terus dijawab oleh keterbaikan proses pendidikan yang sedang berlangsung. Semoga ke depan segala kebijakan yang adapun terus senafas dengan afirmasi positif penyelenggaraan pendidikan. Aamiin. [*]