KABAR BIREUEN- Aktivitas khusus bersuluk atau khalwat (khulwah) atau bersamadi di setiap 15 Sya’ban hingga Ramadhan dalam bahasa Aceh disebut “Khalut” (menyendiri).

Kegiatan khalut dilaksanakan para santri dan masyarakat di zawiyah-zawiyah (dayah) yang ada mursyid (Syekh) yang memiliki ilmu tentang ibadah khalut. Khalut sebagai ibadah bertakarrub mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ulama kharismatik H Abu Tumin Blang Bladeh yang juga sebagai pimpinan Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh, Kecamatan Jeumpa Bireuen menjelaskan hal itu saat dihubungi Kabar Bireuen di kediamannya Blang Bladeh Kecamatan Jeumpa Bireuen, Jumat (2/6/2017)

Dikatakan, khalut atau bersamadi pertama kali dilaksanakan Rasulullah SAW di Gua Hiraq sebelum menerima wahyu diturunkan Al Qur’an pertama Iqra, sebagai pedoman hidup bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.

Khalut yang dilaksanakan para santri Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh dan masyarakat untuk bertakarrub mendekatkan diri kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan magfirah.

Inti menjalani ibadah khalut mereka beribadah seharian penuh di bulan suci Ramadhan, berzikir dan beristigfar di bilik khusus Dayah, tidak berbicara dengan siapapun dan dapat melaksanakan shalat berjamaah lima waktu dengan wajah tertutup kain.

“Zawiyah, dayah dan tempat-tempat pendidikan agama sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter dan intelektual masyarakat, kendati zamannya sudah berubah, namun ibadah khalud masih sangat kental di kalangan santri dan masyarakat Aceh,” sebut Abu Tumin.

Amatan Kabar Bireuen, tradisi Ibadah khalut di dayah-dayah Aceh masih cukup kental, sebagai introspeksi diri seorang hamba menjauhi segala perbuatan tercela serta melaksanakan ibadah puasa secara lebih sempurna.

Sesuai hadihmaja (filsafat) Aceh, Siblah Buleuen Tahareukat sibuleuen ta ibadat, artinya Sebelas bulan bekerja berusaha dan satu bulan beribadah sebagai simbol kekuatan ibadah mendekatkan diri kepada Allah melaksanakan Amar Makruf dan Nahi mungkar. (Abu Iskandar)