KABAR BIREUEN – Islam berasal dari bahasa Arab, Aslama-Yuslimu-Islaman yang berati selamat, berserah diri dan damai. Hal ini sesuai firman Allah Swt yang artinya “Dan tidaklah kami utus engkau Muhammad kecuali menjadi Rahmatal Lil’alamin” (Rahmat bagi sekalian alam).
Nabi Muhammad Saw diutus sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dengan misi perdamaian dan membawa keselamatan dan kesejahteraan serta senantiasa berserah diri kepada Allah SWT dibawah bendera Islam merupakan ajaran yang pertama kali dibawa Nabi Ibrahim AS.
Rsulullah Saw juga sebagai pembawa pesan penting dari Allah Swt untuk menyempurnakan “Akhlakul Karimah” atau budi pekerti yang baik yang terkandung dalam Al Quranul Karim. “Dan tidaklah aku diutus melainkan untuk mnyempurnakan akhlak yang mulia (Al hadist).
Kemenangan Islam bukan terletak pada kecanggihan senjata melainkan kecanggihan teknologi dibidang mental dan rohani yang melahirkan insan-insan yang berakhlakul Karimah.
Siti Aisyah ra ketika ditanya seseorang tentang akhlak Rasulullah maka ia menjawab, “ Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an” Jawaban Siti Aisyah menggambarkan bahwa Rasulullah Saw adalah Al Qur’an yang hidup dan berjalan dimuka bumi.
Sesuai firman Allah ; “Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar memiliki budi pekerti yang mulia.”. (QS.Al-Qamar : 4)
Sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat Islam, Rasullullah benar-benar mengaktualisasikan Al Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap ayat Al Qur’an yang turun, beliaulah yang pertama kali melaksanakan baik berupa perintah maupun dalam bentuk larangan.
Sabda Rasullah ‘ “Mulailah (kebaikan itu) dari dirimu sendiri”. Suri teladan yang baik ada pada diri beliau menjadi contoh bagi kaum muslimin dalam menjalankan kehidupan sehar-hari.
Nabi Muhammad Saw telah mencontohkan bagaimana berkahlak kepada Allah, kepada manusia, binatang dan lingkungan. Berakhlak kepada Allah melaksanakan shalat dan segala suruhan serta meninggalkan segala larangan-Nya.
Berakhlak kepada manusia penghormatan yang muda kepada yang lebih tua dan kasih sayang yang lebih tua kepada yang muda. Sedangkan berakhlak kepada binatang dan lingkungan sekitarnya tidak menyiksa binatang sebaliknya harus merawat dan memeliharanya serta tidak menebang pohon kayu tanpa tujuan yang jelas.
Tidak membuang air sembarangan ditempat yang dapat mencemari lingkungan dan lain-lain. Semua itu merupakan akhlakul karimah menjadi suri teladan yang patut dicontoh.
Di zaman sekarang ini banyak mansuia saling bunuh membunuh karena hanya tersinggung dengan masalah sepele. Akhlakul Karimah sekecil apapun agar diikuti menjadi rahmat bagi semua alam agar semua makhluk merasakan dampak Islam berupa kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.
Umat Islam yang berpaham tasawif adalah orang-orang yang cinta kasih sayang kepada makhluk Allah. Dicontohkan, seorang sufi berhenti berjalan tatkala melihat sekelompok semut sedang menyeberang jalan agar tidak terinjak Karena menginjak kawanan semuat sebagai bentuk kezaliman dan dosa.
Akhlaklul Karimah yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari akan dapat menjadikan musuh menjadi kawan dan menjadikan kawan menjadi sahabat karib.
Semua kita tentu bertanya. Bagaimana tentang kondisi akhlakul karimah manusia di zaman cangggih sekarang ini ? Apakah masih sehat atau sedang sakit berat perlu diobati agar dapat dijawab masing-masing individu.
Perdamaian merupakan dambaan semua orang. Seluruh makhluk Allah butuh anugerah damai. Dengan damai perjalanan menuju kesuatu tempat bisa selamat baik untuk perorangan, kelompok bahkan negara sekalipun.
Islam telah mengajarkan jalan damai melalui Islah. Jika terjadi pertikaian, perselisihan atau permusuhan format damai melalui Islah dilakukan oleh para Nabi untuk menyelesaikan suatu masalah. Akan tetapi Islah hanya popular secara wacana para Da’I, rujuk damai dengan cara Islah.
Islah artinya “ Perdamaian: atau perbaikan mecakup Taslihul Aqidah, (perbaikan aqidah), taslihal ibadah (perbaikan ibadah), taslihul akhlak (perbaikan akhlak) taslihul Iqtishadiyah (perbaikan ekonomi), taslihul siyasah (perbaikan sistem politik) dan lain-lain.
Islah tidak dapat terwujud apabila satu pihak masih tergoda semangat jahiliyah atau nafsu syetan dan Islah selalu muncul sebagai rujukan semua pihak di kalangan umat. (HAR Djuli)