Kadis Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen, Anwar, S.Ag, M.A.P di Dayal Ummul Quro Aceh .(Dok pribadi)

        Oleh: Anwar, S.Ag, M.A.P

         Kadis Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen

KABUPATEN Bireuen, sebuah wilayah di Provinsi Aceh yang kaya akan sejarah dan budaya, dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki ikatan kuat dengan nilai-nilai keislaman.

Kabupaten ini dijuluki sebagai Kota Santri karena jumlah dayah cukup banyak, saat ini mencapai 230 unit dengan jumlah santri lebih 47.000 orang dan guru lebih 5.000 orang. Semua tinggal di dayah mencapai 10 % dari jumlah penduduk Kabupaten Bireuen itu sendiri.

Di tengah dinamika pembangunan modern, dayah sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tetap berdiri kokoh sebagai pilar utama dalam membentuk karakter masyarakat dan mendukung kemajuan sosial di kabupaten ini lebih dari sekadar tempat belajar agama.

Dayah memiliki peran strategis dalam membangun masyarakat Bireuen yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Dayah di Kabupaten Bireuen Aceh disejajarkan dengan pesantren di wilayah lain di Indonesia, bukanlah hal baru di Bireuen.

Sejak berabad-abad lalu, dayah telah menjadi pusat pendidikan yang mencetak generasi ulama, pemimpin masyarakat, dan individu yang memahami nilai-nilai Islam secara mendalam.

Di Bireuen, dayah seperti Dayah Al Muslim dan Ummul Qura Aceh di Peusangan menjadi contoh nyata bagaimana institusi ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama seperti tauhid, tasawuf, dan fiqh, tetapi juga beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern.

Melalui kurikulum yang menggabungkan pendidikan agama dan pengetahuan umum, dayah di Bireuen turut mempersiapkan santri untuk berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.

Mereka diajarkan untuk memahami Al-Qur’an dan Hadis, sekaligus dilatih untuk memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, dayah menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, menjaga kearifan lokal sambil membuka pintu menuju kemajuan.

Salah satu peran terpenting dayah di Kabupaten Bireuen adalah membentuk karakter dan moral masyarakat. Dalam lingkungan dayah, santri tidak hanya belajar teori agama, tetapi juga diajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, gotong royong, dan tanggung jawab sosial.

Nilai-nilai ini kemudian dibawa kembali ke tengah masyarakat oleh para alumni dayah, yang sering kali menjadi tokoh agama, pendidik, atau bahkan pemimpin komunitas.

Di tengah tantangan globalisasi yang membawa perubahan budaya dan gaya hidup, dayah menjadi benteng yang melindungi identitas keislaman masyarakat Bireuen.

Misalnya, melalui majelis taklim yang diadakan baik di dalam dayah maupun di luar, seperti yang dilakukan oleh Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb.

Masyarakat luas mendapatkan akses untuk memperdalam pemahaman agama. Kegiatan ini tidak hanya terbatas di Bireuen, tetapi juga merambah hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, menunjukkan pengaruh luas dayah dalam menyebarkan nilai-nilai positif.

Dayah di Bireuen juga memiliki peran besar dalam menangani problematika sosial dan keagamaan yang dihadapi masyarakat. Dalam konteks lokal, isu seperti penyimpangan aqidah, konflik sosial, atau rendahnya kesadaran beragama sering kali menjadi tantangan.

Dayah hadir sebagai solusi dengan memberikan edukasi yang berbasis pada pemahaman agama yang benar dan moderat. Para ulama dan teungku dayah kerap menjadi rujukan masyarakat dalam menyelesaikan dilema keagamaan, mulai dari hukum perkawinan hingga cara menghadapi pengaruh budaya asing.

Selain itu, dayah turut berperan dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran melalui pendidikan yang berorientasi pada kemandirian. Banyak dayah di Bireuen yang melatih santri dengan keterampilan praktis, seperti bertani, berdagang, atau membuat kerajinan tangan.

Dengan demikian, alumni dayah tidak hanya menjadi agen perubahan moral, tetapi juga pelaku ekonomi yang mendukung kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan masyarakat tidak hanya melulu soal infrastruktur fisik, tetapi juga peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dayah di Bireuen berkontribusi dalam hal ini dengan mencetak individu yang memiliki daya saing tinggi.

Beberapa dayah bahkan telah mengembangkan lembaga pendidikan formal seperti SD IT atau SMP yang terintegrasi dengan sistem pendidikan nasional, seperti yang dilakukan oleh Dayah Babussalam Al-Aziziyah yang dipimpin dulunya oleh Almarhum Ayah Sob Jeunieb.

Langkah ini menunjukkan bahwa dayah tidak lagi hanya berfokus pada pendidikan tradisional, tetapi juga beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Di bidang ekonomi, dayah juga mendorong kemandirian masyarakat melalui pengelolaan sumber daya lokal.

Misalnya, beberapa dayah memiliki usaha kecil seperti koperasi atau produksi barang yang melibatkan santri dan warga sekitar. Ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial di kalangan masyarakat Bireuen.

Meski memiliki peran besar, dayah di Bireuen tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah modernisasi sistem pendidikan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas tradisionalnya.

Selain itu, keterbatasan fasilitas dan akses di daerah pedalaman masih menjadi hambatan bagi dayah untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.

Namun, harapan ke depan tetap besar. Dengan dukungan pemerintah daerah, seperti yang tercermin dalam visi pembangunan Kabupaten Bireuen yang menekankan keadilan dan kemakmuran berbasis syariat Islam, dayah dapat menjadi mitra strategis dalam mewujudkan masyarakat yang madani.

Kolaborasi antara dayah, pemerintah, dan komunitas lokal bisa menjadi kunci untuk memperluas dampak positif institusi ini.

Sebagai penutup, Dayah di Kabupaten Bireuen bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga simbol ketahanan budaya dan agama yang hidup di tengah masyarakat. Dengan perannya dalam membentuk karakter, menyelesaikan problematika sosial, dan mendukung pembangunan.

Dayah telah membuktikan diri sebagai tulang punggung kemajuan masyarakat Bireuen. Di era yang terus berubah, keberadaan dayah menjadi bukti bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, adil, makmur, aman, dan damai. [*]