KABAR BIREUEN, Bireuen -Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Sosial (Dinsos) setempat, menggelar upacara bendera dalam rangka peringati Hari Pahlawan Tahun 2025 untuk mengenang perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan.
Peringatan dengan tema “Pahlawan Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan” dilaksanakan di halaman Pendopo Bireuen, Senin (10/11/2025) pagi.
Pada upacara itu, Bupati Bireuen, H, Mukhlis, ST, bertindak selaku inspektur upacara (Irup).
Kemudian, Komandan Upacara oleh Kapten Inf Agus Suprayitno (Danramil 05 Juli), Perwira Upacara.
Kapten Kav Imron Suryadani, (Pasi Ops Kodim 0111/Bireuen).
Naskah Teks Pancasila dibacakan oleh irup
Bupati Mukhlis diikuti seluruh peserta upacara.
Naskah Teks UUD 45 dibacakan oleh, Abi Maulana, S.STP., M.H. dan Pesan-Pesan Pahlawan oleh Ketua Pemuda Panca Marga (PPM) Bireuen, Azhari, S.Pd.,M.Pd.
Pembaca Doa, Rifal Fauzal, SH (Unsur Kantor Kementrian Agama Bireuen), acara dipandu oleh Agustiana, SE, (Prokopim Setdakab Bireuen).
Dalam upacara itu, Bupati Bireuen, H, Mukhlis, ST, membacakan pidato sambutan tertulis Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Saifullah Yusuf.
Dari Surabaya hingga Banda Aceh, dari Ambarawa hingga Biak, mereka berjuang bukan demi dirinya sendiri, tetapi demi masa depan bangsa yang bahkan belum mereka kenal, yaitu kita semua yang berdiri di sini hari ini.
Para pahlawan mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan tidak jatuh dari langit. Kemerdekaan lahir dari kesabaran, keberanian, kejujuran, kebersamaan, dan keikhlasan.
Karenanya, ada tiga hal yang dapat kita teladani dari para pahlawan bangsa.
• Pertama, Kesabaran para pahlawan.
Mereka sabar menempuh ilmu, sabar menyusun strategi, sabar menunggu momentum, dan sabar membangun kebersamaan di tengah segala keterbatasan.
Mereka tetap bersabar meski menghadapi perbedaan pandangan dan jalan perjuangan.
Dari kesabaran itulah lahir kemenangan, karena mereka tahu bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan tergesa-gesa, tetapi ditempa oleh waktu dan keikhlasan.

• Kedua, semangat untuk mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya.
Setelah kemerdekaan diraih, para pahlawan tidak berebut jabatan, tidak menuntut balasan, tidak mengincar apa yang ditinggalkan penjajah. Mereka justru kembali ke rakyat, mengajar, membangun, menanam, dan melanjutkan pengabdian.
Di situlah letak kehormatan sejati: bukan pada posisi yang dimiliki, tetapi pada manfaat yang ditinggalkan.
• Ketiga, pandangan jauh kedepan.
Para pahlawan berjuang untuk generasi yang akan datang, untuk kemakmuran bangsa yang mereka cintai. Dan menjadikan perjuangan ini sebagai bagian dari ibadah, darah dan air mata mereka adalah doa yang tak pernah padam.
Menyerah berarti meninggalkan amanah kemanusiaan. Ini adalah modal besar bagi generasi kita saat ini.
Semangat perjuangan yang pantang menyerah, adalah kekuatan bagi kita dan generasi mendatang untuk meneruskan cita-cita para pahlawan yang selama ini telah ditunaikan.
Di masa kini, perjuangan tidak lagi dengan bambu runcing, melainkan dengan ilmu, empati, dan pengabdian.
Namun semangatnya tetap sama; membela yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan memastikan tidak ada satupun anak bangsa yang tertinggal dari arus kemajuan.
Inilah semangat yang terus dihidupkan melalui Asta Cita
Presiden Prabowo Subianto, mulai dari memperkuat ketahanan nasional, memajukan pendidikan, menegakkan keadilan sosial, hingga membangun manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya.
“Hari ini, mari kita bersyukur dan berjanji, kemerdekaan ini tidak akan sia-sia. Kita akan melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara kita, bekerja lebih keras, berpikir lebih jernih, dan melayani lebih tulus,” sebutnya.
Sebagaimana para pahlawan telah memberikan segalanya untuk Indonesia, maka kini giliran kita menjaga agar api perjuangan itu tidak pernah padam. Dengan bekerja, bergerak dan berdampak.
Usai upacara peringatan hari pahlawan ini, dirangkai dengan penyerahan bunggoeng jaroe (bingkisan) oleh Bupati kepada sejumlah veteran. (Hermanto)










