Selasa, 2 Desember 2025

Guru Sejahtera, Pendidikan Berkualitas: Momentum Hari Guru untuk Membenahi Arah Bangsa

Oleh: Arrazi, B.Ed., M.Ed.
Kepala Kantor Urusan Internasional
Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh

SETIAP tahun, tanggal 25 November menjadi pengingat bahwa guru bukan hanya profesi, tetapi fondasi bangsa. Namun, penghormatan tidak cukup berhenti pada ucapan terima kasih dan seremonial. Ada pertanyaan besar yang seharusnya kita renungkan bersama: Mengapa kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain, bahkan negara tetangga yang dahulu belajar kepada kita?

Jawabannya tidak rumit. Berbagai penelitian internasional selama puluhan tahun menunjukkan bahwa kualitas pendidikan suatu negara sangat ditentukan oleh kesejahteraan gurunya. Guru yang sejahtera memiliki kapasitas, fokus, dan energi penuh untuk mengajar; guru yang tertekan oleh kebutuhan hidup tidak mungkin memberikan kualitas pembelajaran terbaik.

Dulu Malaysia Belajar ke Indonesia, Hari Ini Kita Belajar ke Sana

Sejarah mencatat bahwa pada masa pascakemerdekaan, Malaysia mendatangkan guru-guru Indonesia untuk membangun sistem pendidikan mereka. Bahkan, pelajar Malaysia dikirim kuliah ke kampus-kampus Indonesia untuk menimba ilmu. Namun hari ini, kondisinya berbalik: banyak pendidik Indonesia justru belajar tentang tata kelola pendidikan ke Malaysia.

Apa yang membuat mereka mampu melesat begitu jauh?

Jawabannya kembali pada satu titik: kesejahteraan tenaga pendidik.
Di Malaysia, gaji guru relatif tinggi, tunjangan memadai, serta jenjang karier dihargai. Kita dapat melihat bahwa hampir tidak ada guru di Malaysia yang berangkat mengajar menggunakan sepeda motor; mayoritas mampu membeli mobil karena penghasilan mereka mencukupi. Kondisi tersebut menciptakan martabat profesi dan menarik minat anak muda terbaik untuk menjadi pendidik.

Penelitian dari UNESCO, OECD, dan World Bank menunjukkan pola yang sama:
negara dengan penghasilan guru tinggi → kualitas pendidikan tinggi.
Ini terjadi di Finlandia, Jepang, Korea Selatan, dan Swedia. Guru dihargai sebagai profesi strategis, bukan sekadar pelengkap sistem.

Mengapa Anak Indonesia Lebih Memilih Jadi Dokter atau Insinyur?

Sering para pengamat mempertanyakan mengapa anak-anak Indonesia cenderung memilih cita-cita menjadi dokter, insinyur, atau profesi lain yang dianggap “bergengsi”. Namun jarang yang menyentuh akar masalahnya.

Anak-anak cenderung memilih profesi berdasarkan apa yang mereka lihat:
profesi dengan pendapatan tinggi dianggap sukses.
Ketika gaji guru jauh di bawah profesi lain, sangat wajar bila profesi ini jarang menjadi pilihan.

Bayangkan jika kesejahteraan guru setara dengan dokter, maka persepsi publik akan berubah. Anak-anak pun akan dengan bangga dan yakin mengatakan, “Saya ingin menjadi guru.” Karena profesi tersebut bukan hanya mulia, tetapi juga layak secara ekonomi.

Guru Tidak Seharusnya Sibuk Mencari Pekerjaan Sampingan

Dalam banyak kasus di Indonesia, guru harus mencari pekerjaan tambahan—les privat, berdagang, ojek online, bahkan pekerjaan fisik lain—demi memenuhi kebutuhan keluarga. Kondisi ini jelas menguras energi, menurunkan kualitas mengajar, dan merusak konsentrasi pada tugas utama: mendidik generasi bangsa.

Penelitian menunjukkan bahwa beban ekonomi yang berat berdampak langsung pada rendahnya efektivitas pedagogis guru. Guru yang tidak sejahtera cenderung mengalami stres, burnout, dan penurunan kualitas pengajaran.

Artinya, meningkatkan pendapatan guru bukan sekadar kesejahteraan sosial, tetapi strategi pendidikan nasional.
Ini investasi langsung kepada masa depan bangsa.

Negara Harus Menempatkan Guru Sebagai Prioritas Utama

Jika Indonesia ingin maju seperti negara-negara yang kita kagumi, maka langkah pertama bukan sekadar mengganti kurikulum atau menambah fasilitas sekolah. Langkah pertama adalah menyejahterakan guru.

Kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah:

1. Menetapkan Standar Gaji Minimum Guru Nasional yang Layak
Sesuai rekomendasi UNESCO, gaji guru seharusnya setara dengan profesi profesional lainnya, bukan hanya penyambung hidup.
2. Tunjangan Kinerja yang Berbasis Kualitas Mengajar
Bukan sekadar administratif, tetapi berbasis pembelajaran nyata di kelas.
3. Jaminan Sosial yang Kuat
BPJS, pensiun yang layak, serta perlindungan hukum bagi guru.
4. Menjadikan Profesi Guru Kompetitif
Seleksi masuk pendidikan guru harus ketat, tetapi imbalannya tinggi, seperti di Finlandia dan Korea Selatan.
5. Beban Administrasi Dikurangi
Agar guru dapat kembali menjadi pengajar, bukan penulis laporan.

Hari Guru adalah Momentum: Guru Sejahtera, Indonesia Maju

Pada Hari Guru 25 November 2025 ini, mari kita hentikan narasi “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” jika “tanda jasa” itu berarti mereka harus hidup dalam keterbatasan. Di negara modern, pahlawan diberi penghargaan dan kesejahteraan, bukan pengorbanan tanpa batas.

Sebelum kita berharap pendidikan kita menyaingi dunia, kita harus menjawab satu pertanyaan sederhana: Apakah kita sudah memuliakan guru sebagaimana seharusnya?
Jika negara benar-benar ingin memajukan pendidikan, maka jawabannya hanya satu:
Sejahterakan guru terlebih dahulu.

Karena kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas pendidiknya. Dan kesejahteraan adalah fondasi dari kualitas itu. [*]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BACA JUGA

KABAR TERBARU

Disambut Gubernur Mualem, Bantuan Logistik Via Laut Tiba di Pelabuhan Krueng Geukueh

0
KABAR BIREUEN, Aceh Utara - Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, menyambut kedatangan bantuan logistik yang diangkut melalui jalur laut di Pelabuhan Krueng Geukueh,...

Warga Pante Lhong Minta Penanganan Darurat Jalan Rusak Parah Dihantam Banjir Bandang

0
KABAR BIREUEN, Peusangan – Warga Gampong Pante Lhong, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, meminta pemerintah setempat segera memperbaiki secara darurat jalan utama di desa tersebut...

Peringati Hari Guru Nasional, Pemkab Bireuen Serahkan Penghargaan kepada Tujuh Peraih Juara Apresiasi GTK...

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025 di Kabupaten Bireuen menjadi momen bersejarah bagi dunia pendidikan daerah ini, setelah tujuh guru...

DPMPTSP Bireuen Gelar Kegiatan Pemberian Fasilitas/Insentif di Bidang Penanaman Modal

0
KABAR BIREUEN, Kota Juang - Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menggelar kegiatan "Pemberian Fasilitas/Insentif di Bidang...

Hanya Butuh Waktu Dua Bulan, Bupati Mukhlis Tuntaskan Tukar Guling Tanah Aset Pemkab Bireuen...

0
KABAR BIREUEN, Bireuen - Proses tukar guling (ruislag) aset Pemerintah Kabupaten Bireuen dengan aset TNI yang sudah berlangsung sejak tahun 2007 baru tuntas akhir...

KABAR POPULER

Warga Pante Lhong Minta Penanganan Darurat Jalan Rusak Parah Dihantam Banjir Bandang

0
KABAR BIREUEN, Peusangan – Warga Gampong Pante Lhong, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, meminta pemerintah setempat segera memperbaiki secara darurat jalan utama di desa tersebut...

Jembatan Kutablang Mulai Dibongkar

0
Sementara lalu lintas kendaraan mulai dari roda dua hingga bus dan truk-truk berbadan besar, dialihkan ke jalur alternatif.

Ini Pejabat Pemkab Bireuen yang Baru Dilantik

0
KABAR BIREUEN, Bireuen–Bupati Bireuen, H. Mukhlis, S.T., melantik dan mengambil sumpah jabatan sejumlah pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bireuen, Jumat (17/10/2025) sore di...

Ini Perusahaan Perkebunan Sawit di Bireuen yang Miliki Izin

0
KABAR BIREUEN - Hanya sebagian kecil usaha perkebunan kelapa sawit yang memiliki lahan di atas 25 hektar telah memiliki izin usaha perkebunan di Kabupaten...

Pemadaman Listrik di Bireuen, Akibat Gangguan Jaringan Transmisi 150 kV Langsa – Idi

0
KABAR BIREUEN, Bireuen -Sejumlah wilayah di Aceh masih mengalami pemadaman listrik bergilir, termasuk di Bireuen. Salah seorang warga Kecamatan Jeumpa, Maryani (52), kepada Kabar Bireuen,...